PEMBAKARAN BATU BARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Batubara adalah
salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, batuan organik yang terutama
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara memiliki berbagai penggunaan
yang penting di seluruh dunia. Penggunan yang paling penting adalah
untuk membangkitkan tenaga listrik, produksi baja, pembuatan semen dan
proses industri lainnya serta sebagai bahan bakar cair. Pada masa
sekarang ini telah banyak terdapat industri penambangan batubara dan industri
pemanfaatan batubara, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu
pemanfaatan batubara adalah untuk membangkit tenaga listrik. Pembangkit ini
dilakukan dengan cara pembakaran batubara dengan berbagai teknologi pembakaran
batubara. Karena pentingnya teknologi pembakaran batubara dengan cara-cara
pembakarannya oleh karena itu penulis membuat makalah yang berjudul “Teknologi
Pembakaran Batubara”. Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar
makalah ini dapat menjadi acuan referensi yang dapat bermanfaat bagi pembaca.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara-cara
pembakaran batubara?
2.
Bagaimana cara
memanfaatkan batubara sebagai sumber energi?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mahasiswa dapat
mengklasifikasikan cara- cara pembakaran batubara
2.
Mahasiswa dapat
menjelaskan klasifikasi dari cara-cara pembakaran barubara
3.
Mahasiswa mengetahui
pemanfaatan batubara sebagai sumber energi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Batu Bara
Batubara merupakan bahan
bakar fosil yang memiliki kegunaan dalam dunia modern. Batubara diyakini
terbentuk selama era carboniferous (sekitar 298-358,9 tahun yang lalu) dari
tanaman mati dan bahan organic yang terakumulasi dibagian bawah badan air.
Diyakini selama periode itu banyak permukaan bumi tertutup oleh rawa dan
laguna, dimana banyak spesies tanaman raksasa tumbuh. Karena proses alam
seperti banjir, tanaman dan bahan organic lainnya lantas mengendap dibagian
bawah badan air tersebut.
Setelah mengendap seiring
waktu semakin banyak tanah dan sedimen yang melapisi endapan. Akibatnya tanaman
mati dan bahan organic mengalami tekanan dan perlahan lahan membentuk rawa
gambut. Gambut lantas terkompresi dan secara bertahap bermetamorfosis menjadi
batubara dibawah pengaruh panas dan tekanan tinggi.
2.1.1
Jenis-jenis
batu bara
Batubara pada dasarnya
merupakan batuan sedimen yang terutama terdiri dari karbon, meskipun beberapa
elemen lainnya seperti oksigen, nitrogen, hydrogen, dan sulfur juga terdapat
dalam jumlah kecil.
Secara umum terdapat empat
jenis batubara dengan penjelasan sebagai berikut :
1.
Lignit
Lignit merupakan batubara paling lunak dengan kadar air tinggi dan sering
disebut sebagai brown coal. Lignit merupakan batubara peringkat terendah yang
terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap.
2.
Sub-bituminus
Sub-bituminus lebih lunak dari batubara bituminous tetapi lebih relative
keras daripada lignit. Kadar batubara jenis ini lebih rendah dari lignit.
3.
Bituminous
Batubara bituminous mengandung kelembaban rendah dan lebih keras
dibandingkan batubara sub-bituminus dan lignit.
4.
Antrasit
Ini adalah batubara paling keras dengan kandungan karbon tertinggi serta
dengan kelembaban dan kandungan abu terendah. Kuatlitas antrasit jauh lebih
tinggi daripada bituminous, sub-bituminus, dan lignit.
2.2
Teknologi Pembakaran
Batubara
Proses pembakaran batubara akan berlangsung dengan baik
jika tersedia udara dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran dimulai dari
terjadinya oksidasi pada fase uap dan penyalaan volatile matter (zat terbang)
yang terlepas dari batubara yang selanjutnya menyebabkan menyalanya residu
bahan padat (residual char). Tahap penyalaan volatile matter menyebabkan
kestabilan flame (nyala) dan temperatur sehingga residu padat bisa menyala,
sementara pada penyalaan residu padat terjadi mekanisme reaksi-reaksi yang
kompleks yang selanjutnya menghasilkan panas pembakaran.
Pembakaran
batubara dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Pembakaran
dalam Unggun Tetap
2. Pulverized
Coal Combustion
2.2.1 Pembakaran dalam
Unggun Tetap
Ada tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara yang telah dikembangkan:
-
Overfeed
Pada pola pengumpanan overfeed, aliran batubara dan udara
saling berlawanan (countercurrent). Bahan bakar diumpankan dari atas unggun
(bed) dan mengalir ke bawah sambil dikonsumsi, sementara udara mengalir dari
atas melewati lapisan abu, kokas dan batubara baru. Batubara baru yang telah
diumpankan dipanaskan lewat kontak dengan batubara yang sudah terbakar yang ada
dibawahnya dan juga oleh gas-gas pembakaran yang mengalir berlawanan arah.
Produk-produk sisa pembakaran yang dihasilkan selanjutnya turun ke bawah sampai
berbatasan dengan grate dan secara periodik produk sisa pembakaran ini
dikeluarkan dengan cara dumping, shaking dan vibrating dari grate atau pada
beberapa stoker dengan cara grate berjalan secara kontinyu.
-
Underfeed
Pada pola pengumpanan underfeed, aliran batubara dan
udara terjadi secara paralel dan biasanya mengalir ke atas. Volatille matter,
air, dan udara pembakaran mengalir melalui lapisan bahan bakar yang terbakar.
Tipe ini menghasilkan lebih sedikit asap selama pengumpanan dan pengoperasian
beban yang rendah.
-
Crossfeed
Pola pengumpanan crossfeed merupakan pola pengumpanan
udara dan bahan bakar yang banyak diterapkan. Dalam hal ini batubara sebagai
bahan bakar bergerak secara horizontal, sementara udara bergerak dari bawah ke
atas dengan sudut yang tepat. Pola pembakaran ini terdiri dari stoker uang
dilengkapi dengan hopper untuk tempat pengumpanan, chain grate, travelling
grate dan vibrating, reciprocating atau oscilating grate.
2.2.2
Pulverized
Coal Combustion
Secara
praktis, batubara diumpankan bersama sebagian udara pembakaran. Udara yang
dimasukkan di bagi dua yaitu udara primer dan udara sekunder. Udara primer
dimasukkan bersama-sama dengan batubara sementara udara sekunder dimasukkan
secara terpisah dari udara primer melewati dua pipa konsentrik ke dalam boiler
atau tanur. Pada umunya udara primer bersama batubara dimasukkan lewat pipa
ditengah, sementara udara sekunder dimasukkan lewat annulus.
Metode pembakaran pulverized coal hampir tidak tergantung
pada karakteristik batubara. Secara umum hampir semua batubara dapat digunakan
dengan sistem ini dengan sistem yang tepat.
-
Dry Bottom Firing
Operasi
unit abu kering lebih sederhana dan lebih fleksibel terhadap perubahan jumlah
dan sifat-sifat batubara dibandingkan dengan unit wet bottom firing. Kerugian
utama unit dry bottom firing ini adalah karena ukuranya lebih besar (sehingga
lebih mahal) dan sekitar 80-90% abu.
Gambar 1. Susunan Burner dan Cara
Pemasukan Udara Primer pada Pembakaran Batubara Pulverized
a. Vertikel
firing
b. Tangential
firing
c. Opposed
inclined firing
d. Horizontal
firing
Harus
dikeluarkan dari boiler dan presipitaor
hopper dalam bentuk debu yang sangat halus
-
Wet Bottom Firing
Unit
wet bottom firing ini dikembangkan untuk mengatasi masalah penanganan debu
dengan cara membuat abu lebih berat, berbentuk granular dan tinggal dalam tanur
lebih banyak dibandingkan dalam unit abu kering. Dalam unit web bottom ini
aliran leburan abu yang mengalir dari tanur disemprot dengan air pendingin
sehingga terbentuk produk dengan ukuran yang diinginkan. Sekitar 80% abu bisa tinggal dalam tanur untuk beberapa
unit desain tertentu.
Dibandingkan dengan dry bottom firing, unit wet
bottom firing mempunyai kerugian-kerugian seperti kurang fleksibel terhadap
pemilihan batubara, lebih banyak terjadi fouling dan korosi eksternal,
pembentukan NOx yang lebih tinggi dan uap yang diperoleh lebih
sedikit.
-
Slurry Firing
Pembakaran dalam bentuk slurry bertujuan agar bahan
bakar lebih mudah ditransportasikan, disimpan dan digunakan dibandingkan dalam bentuk
padat. Bahan bakar dalam bentuk slurry ini diantaranya coal-water mixtures(CWM)
dan coal-oil Mixtures (COM).
a.
Coal- Water
Mixture(CWM)
CWM
merupakan campuran antara batubara berukuran halus dan air dengan perbandingan
tertentu serta dengan penambahan aditif tertentu untuk menjaga kestabilan
fluida agar batubara tidak dapat mengendap. Tujuan utama CWM adalah agar dapat
ditransportasikan dengan pipa-pipa sehingga lebih murah biaya transportasinya
dibandingkan biaya transportasi batubara dalam keadaan padat. Yang perlu
diperhatikan dalam CWM ini adalah dalam masalah penyimpanan yang membutuhkan
tempat khusus, kestabilan fluida dalam waktu tertentu, masalah dewatering baik
secara termal maupun mekanik, dan masalah keberhasilan dalam pembakaran.
b. Coal-Oil
Mixtures(COM)
COM
merupakan campuranantara batubarahalus dan minyak dengan perbandingan tertentu.
COM tidak terlalu menimbulkan masalah menyangkut keberhasilan dalam pembakaran,
dibandingkan CWM.
-
Tanur Cyclone
Pengembangan
metoda pembakaran pulverized coal diantaranya adalah dengan menginjeksikan
udara dan batubara secara tangensial dan dengan kecepatan tinggi kedalam tanur
cyclone horizontal silindris, kemudian membakar batubara tersebut bergerak
mengikuti bentuk spiral. Dibawah kondisi aerodinamis yang tepat, tanur ini bisa
menghasilkan panas mencapai 500.000 Btu/jam ft3 ruang pembakaran
(bandingkan dengan sistem dry bottom yang hanya menghasilkan panas paling
tinggi 150.000 dan sistem slag-tap yang menghasilkan panas 400.000 Btu). Karena
temperatur nyala api yang tinggi (3000oF) maka dihasilkan sekitar
90% abu sebagai abu lebur (molten slag) yang cenderung menempel pada dinding
tanur dengan lengket sehingga masih menyisahkan partikel-partikel batubara yang
terbakar.
2.2.3
Fluidized-Bed
Combustion
Dalam pembakaran
fluidized-bed, ukuran partikel cukup kecil sehingga bisa diapungkan oleh aliran
udara pembakaran yang bergerak dari baah keatas. Partikel selanjutnya bergerak
keatas dan kebawah secara mengelompok. Gerakan vertikal yang bolak-balik ini
menghasilkan pencampuran yang baik dan distribusi partikel yang merata sehingga
partikel-partikel tersebut ‘teraduk’ dengan baik.
Temperatur beg
dikendalikan dengan mengatur kedalaman bed, dengan menambah atau tidak penukar
panas(heat exchanger), clan dengan penggunaan ballast (bahan inert) dalam bed.
Fluidized bed mempunyai banyak
alternatif dalam memecahkan masalah-masalah diatas, sebagai contoh, apakah
sistem dijalankan dengan bed agak panas atau agak dingin.
Pressurized
Fluidized-bed Combustion. Pada pembakaran jenis ini tekanan pembakaran dinaikkan
dan ukuran ruang pembakaran jenis ini tekanan pembakaran bisa lebih diperkecil
sehingga menurunkan biaya investasi. Juga, pada tekanan pembakaran di atas 4-6
atm, turbin gas dapat dijalankan oleh gas pembakaran untuk menekan udara
pembakaran dan menghailkan daya listrik hasilnya dapat meningkatkan efisiensi
dalam menghasilkan listrik.
-
Pengendalian Polusi
Pada umumnya polutan yang ada di udara berasal dari
sumber pembakaran dalam sekitar 90% dan polutan ini berasal dari hanya lima
jenis emisi yaitu gas karbon monoksida, hidrokarbon, partikulat, nitric oxida
dan sulfur oksida. Emisi yang berasal dari batubara disebabkan oleh abu,
nitrogen clan sulfur.
Abu yang dihasilkan oleh pembakaran batubara akan
mencemari atmosfir jika terlepas bersama gas pembakaran dan dapat mencemari air
tanah atau sumber-sumber air jika dikeluarkan dari gas dan dibuang di tempat
pembuangan. Lagipula, meskipun terdapat tekni-teknik penangkapan abu yang
sangat efektif, masih ada sebagian kecil abu yang terlepas. Abu yang terlepas
ini umumnya berupa partikel-partikel halus yang sulit dilepaskan dari gas-gas
pebakaran sehingga sangat berpengaruh pada kesehatan.
Batubara juga mengandung sulfur yang terkonversikan
menjadi sulfur oksida SO2 selama pembakaran. Sulfur dalam batubara
dapat sebagai ikatan organik dan anorganik. Sulfur anorgaik lebih mudah
dihilangkan (dengan proses pencucian dsb). Oksida nitrogen NO dan NO2
(NO2 merupakan sumber pencemaran nomer tiga yang terdapat dalam pembakaran batubara.
NO terbentuk dari senyawa nitrogen dalam batubara dan dari nitrogen dalam udara
pembakaran.
Emisi
dapat dikendalikan dengan salah satu atau lebih dari ke tiga cara berikut ini:
- Penghilangan
substansi yang menyebabkan pencemaran dari bahan bakar (contoh : de-ashing dan
gasifikasi).
- Modifikasi
variabel-variabel yang mengendalikan proses pembakaran itu sendiri.
- Penghilangan
substansi yang tidak diinginkan dari effluent.
2.3
Pemanfaatan Batubara
Klasifikasi
batubara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya menjadi indikator umum
untuk menentukan tujuan pengggunaannya. Misalnya, batubara ketel uap atau
batubara termal (steam coal) banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit
listrik, pembakaran umum seperti pada industri bata atau genteng, dan industri
semen, sedangkan batubara metalurgi (metallurgical coal atau coking coal)
digunakan untuk keperluan industri besi dan baja serta industri kimia. Kedua
jenis batubara tadi termasuk dalam batubara bituminus. Adapun batubara antrasit
digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda
listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap.
Gambar 2. Jenis – jenis Batubara dan Pemanfaatannya
(Sumber: The
Coal Resource, 2004)
Adapun kegunaan batubara sebagai sumber energi adalah :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Batubara merupakan salah satu sumber energi terpenting dalam
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada PLTU, batubara berperan sebagai
sumber energi untuk mendidihkan air sehingga
dihasilkan uap air untuk menggerakan turbin. Misalnya pada PLTU Suralaya (
Banten ) yang menyupalai listrik untuk wilayah Jawa – Bali.
2.
Sumber Energi Industri
Beberapa industri – industri menggunakan batubara sebagai
sumber energi baik untuk tenaga penggerak mesin maupun sebagaisumber energi panas untuk pengolahan bahan baku, seperti pada industri semen.
3. Bahan bakar rumah tangga
Batubara yang digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga disebut briket. Di negara-negara Korea, Cina dan Eropa, briket batubara sebagai bahan bakar untuk rumah tangga sudah sangat populer, baik untuk keperluan masak maupun untuk pemanas ruangan. Batubara umumnya apabila
dibakar secara langsung akan berasap dan berbau. Ini
berasal dari zat terbang atau volatile matter dan belerang
yang tidak terbakar secara sempurna. Untuk menghindari
masalah tersebut sebelum di briket, batubara
dikarbonisasi atau di arangkan dahulu dengan proses
sebagai berikut : batubara dipanaskan tanpa oksigen, zat
terbang yang berupa ter, minyak dan gas akan diuapkan sehingga
tersisa arang batubara (semilokas). Proses karbonisasi
ini hanya sebagaian saja, dan masih disisakan sedikit
4. zat terbang untuk memudahkan proses
pembakarannya. Arang batubara yang dihasilkan bersifat rapuh dan ukurannya tidak seragam, sehingga diperlukan proses penggerusan dan pem-briketan dengan pemampatan agar diperoleh bentuk yang seragam, kompak dan sifat fisiknya kuat.
BAB III
KESIMPULAN
Proses pembakaran batubara akan berlangsung dengan baik
jika tersedia udara dalam jumlah yang cukup. Proses pembakaran dimulai dari
terjadinya oksidasi pada fase uap dan penyalaan volatile matter (zat terbang)
yang terlepas dari batubara yang selanjutnya menyebabkan menyalanya residu
bahan padat (residual char). Pembakaran batubara
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pembakaran dalam unggun tetap dan
pulverized coal combustion.
Adapun kegunaan batubara sebagai sumber energi adalah :
-
Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada PLTU, batubara berperan
sebagai sumber energi untuk mendidihkan air sehingga
dihasilkan uap air untuk menggerakan turbin. Misalnya pada PLTU Suralaya (
Banten ) yang menyupalai listrik untuk wilayah Jawa – Bali.
-
Sumber Energi Industri
Beberapa industri – industri menggunakan batubara sebagai
sumber energi baik untuk tenaga penggerak mesin maupun sebagaisumber energi panas untuk pengolahan bahan baku, seperti pada industri semen.
-
Bahan
bakar rumah tangga
Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga disebut briket. Batubara umumnya apabila dibakar
secara langsung akan berasap dan berbau. Ini berasal dari
zat terbang atau volatile matter dan belerang yang tidak
terbakar secara sempurna. Untuk menghindari masalah
tersebut sebelum di briket, batubara dikarbonisasi atau
di arangkan dahulu dengan beberapa proses.
DAFTAR PUSTAKA
Baardson, John
A., Coal to Liquids: Shell Coal Gasification with Fischer-Tropsch
Synthesis, Baardson Energy LLC, 2003.
Bukin Daulay,
Dr.,MSc., Geologi dan Eksplorasi Batubara, Puslitbang Teknologi
Mineral dan Batubara, Bandung, 2001.
Elliott, M.A.,
1981. Chemistry of Coal Utilization. John Wiley & Sons, Inc.
New York
Widagdo, S. 2010.
Batu Bara, Produk Strategis yang Harus Jadi Prioritas untuk Industri Nasional.
Tirasonjaya, F.
2006. Kualitas Batubara.