“WATER TREATMENT II”
Disusun oleh :
Kelompok
: 2 / 5KE
Eka Apryanti 061330401038
Gita Putri Kusumawardani 061330401039
Indah Okta A. 061330401040
Meyriski Lialita 061330401041
Natashia Cindy Patricia 061330401043
Rafit Arjeni 061330401045
Dosen
pembimbing : Ibnu Hajar,
S.T., M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
WATER TREATMENT II
I. TUJUAN PERCOBAAN
Ø
Mahasiswa dapat memahami dan
menggambarkan proses pwngolahan air baku menjadi air bersih.
Ø
Mahasiswa dapat menghitunglaju
alir koagulan yang digunakan.
Ø
Mahasiswa mampu menganalisa
air disetiap bak.
II. BAHAN YANG DIGUNAKAN
Ø
Air
Ø
Koagulan (tawas)
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
Ø
Hot plate : 2 buah
Ø
Turbidity Meter : 1 buah
Ø
Magnetic stirrer : 2 buah
Ø
Erlenmenyer 400 ml : 4 buah
Ø
Gelas Ukur 100 ml : 2 buah
Ø
Pipet ukur 10 ml : 2 buah
Ø
Bola karet : 2 buah
IV.
DASAR TEORI
Proses Pengolahan Air
Proses
pengolahan air bertujuan agar didapatkan air yang memenuhi syarat untuk
didapatkan sebagai air bersih. Pengolahan air bersih melalui beberapa tahapan
proses yaitu :
1). Proses Penyaringan
2).
Proses Koagulasi
3).
Proses Flokulasi
4).
Sedimentasi
5).
Aerasi
6).
Penyaringan
7). Proses penambahan disinfektan
Air baku yang biasanya digunakanunutk keperluan
domestik atau industri berasal dari air sungai, air danau, air laut dan air
sumur. Kualitas akir baku dari berbagai sumber tersebut mempunyai karakteristik
kualitas dan kuntitas yang berbeda-beda. Air baku digunakan selain untuk
keperluan sehari-hari seperti makan dan minum di beberapa sektor kegiatan
digunakan sebagai air pendingin. Air umpan boiler dan air air untuk keperluan
proses produksi. Adanya kualitas air yangberbeda-beda dari berbagai sumber air
yang ada, menghendaki suatu system yang berbeda-beda dari berbagai sumber air
yang ada, menghendaki suatu system pengolahan air yang berbeda pula dan
tergantung dari penggunaan air tersebut.
Air yang digunakan sebagai air umpan boilermempunyai
karakteristikkualitas tertentu,sehingga untuk penyediaanair biasanya dilakukan 3 tahap pengolahan yaitu:
a).
Pengolahan air beku
b).
Pengolahan air secara external
c).
Pengolahan air secara internal
Jenis pengolahan air baku tergantung dari asal
air bakunya. Pengolahan air baku biasanya terdiri dari pengolahan fisika
seperti penyaringan dan sedimentasi. Serta pengolahan secara kimia yang
meliputi flokulasi, koagulasi, dan netralisasi.
Dalam makalah ini hanya akan diuraikan tentang
pengolahan tahap kedua dan ketiga. Karena pengolahan tahap pertama yaitu
pengolahan air beku sudah banyak dibahas dalam penyedian air bersih pada
umumnya.
A.
KARAKTERISTIK KUALITAS AIR
BAKU
a.
Air Tanah
Air tanah tersedia sebagai air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah
dangkal berada dalam lapisan pembawa air yang bagian atasnya tidak dilapisi
oleh lapisan yang immpermeabel sehingga kualitas dan kuantitas air tanah
dangkal juga dipengaruhi oleh aktivitas yang ada dipermukaan tanah bagian
atasnya.
Air tanah dalam beberapa dalam lapisan pembawa air yang terletak lebih
bawah, biasanya lebih dari 60 m permukaan tanah setempat. Lapisan pembawa
airnya dilapisi oleh suatu lapisan bantuan impermeable sehingga tidak
memungkinkan air dari permukaan bagian atas menyerap sampai kelapisan pembawa
air ttanah dalam. Kualitas maupun kuantitas air tanah tidak tergantung pada
aktivitas dipermukaan atas, tetapi pada daerah catchment area (daerah tangkapan
hujan) yang berhubungan dengan lapisan pembawa air yang bersangkutan. Kualitas
air tanah banyak dipengaruhi struktur geologi setempat. Parameter dominan yang
biasanya muncul adalah: mineral seperti Ca, Mg, dan Fe serta gas terlarut
seperti CO2. Air tanah biasanya hanya sedikit mengandung padatan
tersuspensi.
b.
Air laut
Air laut tersedia dalam jumlah yang melimpah dengan kualitas air yang
hampir sama dan tetap untuk jangka waktu tertentu. Parameter dominan yang ada
di air laut adalah garam mineral seperti Na Cl (biasanya ditunjukkan dalam
kadar salinitas) yang sangat korosif terhadap peralatan proses produksi.
c.
Air permukaan
Air permukaan yang sering dimanfaatkan adalah air danau dan air sungai.
Kualitasnya sangat tergantung dari aktivitas manusia yang berada di daerah
aliran sungai. Parameter yang cukup menonjol adalah mikroorganisme dan kadar
padatan tersuspensi atau kekeruhan.
B.
PARAMETER KUALITAS AIR
a). Padatan Tersuspensi ( suspended solid / SS )
Sumber dari
padatan tersuspensi berasal dari:
Ø Padatan anorganik, seperti lempung, kerikil, dan padatan buangan industry
Ø Padatan organik, seperti serat tumbuhan, mikroba, sisa buangan domestik dan
industry
Ø Cairan laut seperti minyak dan lemak.
Pengukuran padatan tersuspensi dilakukan secara
gravimetri dengan satuan mp, lt. Ukuran diameter partikel dari padatan
tersuspensi antara 1-100 am.
b).
Kekeruhan
(turbidity)
Parameter
kekeruhan biasa dilakukan untuk analisis kualitas air bersih bukan air
limbah. Nilai kekeruhan bisa menunjukkan tingkat atau kadar padatan tersuspensi
di dalam air. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan metode photometri dengan
cara menetukan persentase cahaya yang diserap atau dihamburkan oleh cairan jika
diberikan cahaya dengan intensitas tertentu. 1 Jakson Turbidity Unit (JTU) sama
dengan kekeruhan yang dihasilkan oleh 1 mg SiO2 dalam liter air
distilasi. Satuan kekeruhan yang lain adalah Nephelometri Turbidity Unit (NTU)
yang didasarkan pada prinsip penghambatan cahaya.
c).
Alkalinitas
Definisi:
julah anion dalam air yang akan bereaksi untuk menetralisir ion II. Merupakan
suatu ukuran kemampuan air menetralisir asam. Parameter yang tergolong
alkalinitas:
-
CO32-, HCO3-, H2BO3-,
CO2
-
OH-, HSiO3-, H2PO4-,
NH3
Parameter yang pada umumnya
diperhatikan sebagai alkalinitas adalah sebagai bikarbonat (HCO3),
carbonat (CO3), dan hidroksida (OH-). Sumber alkalinitas
antara lain disolusi garam bicarbonat. Gas CO2 yang terlarut dalam
air berasal dari transfer CO2 dari udara dan respirasi
mikroorganisme. Gas CO2 ini akan melarutkan mineral magnesium dan
calsium dalam bentuk CaCO3 atau MgCo3, dan menghasilkan
komponen hardness dan alkalinitas menurut reaksi:
H2O
+ CO2 + MgCO3à Mg (HCO3)2ßà Mg 2+ + 2(HCO3-)
H2O
+ CO2 + CaCO3à Mg (HCO3)2ßà Ca2+ + 2(HCO3-)
Pengukuran alkalinitas
dilakukan dengan titrasi dengan asam. Jika digunakan 0,02 N H2SO4
sebagai titran, maka 1 ml asam dapat menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO3.
Ion H+ dari asam bereaksi dengan komponen alkalinitas menurut
persamaan reaksi:
H+ +
OH- ßà H2O
H+ +
CO32-ßà HC3-
H+ +
HCO3-ßà H2CO3
d).
Kesadahan
(Hardness)
Definisi:
Ø
Konsentrasiu kation metal
multi valen dalam larutan
Ø
Dapat bereaksi dengan anion
dan timbul prespitasi padatan
Ø
Biasanya dinyatakan dalam mg
lt CaCO3
Kesadahan dikenal dua macam, yaitu kesadahan
karbonat dan non klarbonat.
·
Carbonat : Bersifat sementara
karena akan hilang atau terendapkan jika mengalami pemansan
Contoh : -Ca bikarbonat Ca(
HCO3)2
-Mg bikarbonat
·
Non carbonat : kesadhan tetap
tidakn hilang mengendap jika dipanaskan
contoh :Ca atau Mg sulfat
,clorida, nitrat
e).
O2
(gas oksigen)
Salah satu
gas yang bayak mendapat perhatian dalam pengelohan air umpan boiler adalh gas O2
yang larut dalam air baku. Daftar kesetimbangan nilai oksigen terlarut sebagai
fungsi dari suhu dan konsentrasi CT (salinitas) disajikan di tabel berikut:
Pemeriksaan pH
Air permukaan di daerah tropis
sering keruh dan mengandung zat-zat penyebab warna. Kekeruhan dapat berasal
dari erosi tanah, pertumbuhan ganggang atau kotoran hewan yang terbawa air
sewaktu mengalir di permukaan bumi. Warna dapat disebabkan oleh substansi yang
berasal dari pembusukan zat-zat organik, daun atau tanah seperti gambut.
Koagulan yang umum digunakan
adalah aluminium sulfat (Al2(SO4)3) dimana
ion-ion aluminium sulfat yang bermuatan positif tiga merupakan agen
netralisasi. Untuk mendapatkan koagulasi yang baik, koagulan dengan dosis
optimum harus dibubuhkan dalam air dan dicampurkan secara baik. Dosis optimal
akan bervariasi tergantung pada sifat alamiah air baku dan komposisi
keseluruhan (pH, kekeruhan, komposisi kimia) adalah tidak mungkin untuk
menghitung dosis koagulan optimum untuk air baku tertentu.
Proses Pengolahan Air
Dalam pengolahan air, agar
diperoleh air bersih maka dilakukan proses tahap demi tahap, yaitu mulai dari
pengambilan air baku sampai air bersih yang sudah siap untuk didistribusikan ke
konsumen. Air bersih dan air buangan mempunyai karakteristik tertentu seperti
sifat fisik, kimia, dan biologi. Dalam proses pengolahan air ini harus
disesuaikan dengan ketidakmurnian dari air itu sendiri. Pengolahan air bersih
maksudnya adalah usaha-usaha untuk merubah sifat-sifat suatu zat. Dengan adanya
pengolahan air bersih ini maka akan didapatkan suatu air bersih yang memenuhi
standar kesehatan yang telah ditentukan.Dalam proses pengolahan air ini pada
umumnya dikenal dengan dua cara, yaitu :
1
Pengolahan lengkap (completedtreatment
process)
Pengolahan lengkap yaitu air
akan mengalami pengolahan lengkap, baik fisika, kimiawi, dan biologi.
Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap air sungai kotor dan keruh. Pada
hakikatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga lingkungan pengolahan,
yaitu :
a
Pengolahan fisik
Pengolahan fisik ini untuk
mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan
pasir serta mengurangi kadar organik yang ada dalam air yang akan diolah.
b
Pengolahan kimia
Pengolahan kimia yaitu
pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses selanjutnya.
Misalnya dengan pembubuhan aluminium sulfat.
c
Pengolahan bakteriologi
Pengolahan ini bertujuan untuk
memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung di dalam air dengan jalan
membuktikan desikfektan. Desinfektan yang digunakan adalah kaporite.
2
Pengolahan sebagian (patril
treatment process)
sebagian ini merupakan
pengolahan air dimana hanya dilakukan pengolahan kimiawi atau pengolahan
bakteriologi saja. Pengolahan ini umumnya dilakukan untuk :
a.
Mata air bersih
b.
Air sumur yang dangkal
Koagulant
Aluminium Sulfat
Dalam bidang pengolahan air bersih, penambahan
dari beberapa bahan kimia digunakan untuk berbagai proses. Pada pengolahan air
bersih di PDAM Instalasi Lahat I menggunakan aluminium sulfat sebagai pembentukan
koagulant yang berfungsi membentuk partikel padal lebih besar (flok) agar bias
diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal), selanjutnya proses
pengolahan air dapat dilanjutkan.
Aluminium sulfat atau tawas mempunyai rumus
kimia Al2(SO4)3 18 H2O dengan berat
molekul 666,4 gram/mold an density 1,69 gram/liter. Alum larut sempurna dalam
air, daya larutnya 500 gram/liter pada 15 oC. Alum lebih banyak digunakan
sebagai bahan penggumpal karena :
1. Berbentuk
serbuk dan Kristal
2. Lebih
efektif untuk menurunkan kadar karbonat
3. Harganya
murah
4. Mudah
disimpan
Pembentukan
Larutan Aluminium Sulfat
Aluminium sulfat terdapat dalam bentuk butiran
halus dalam kantong aluminium sulfat berwarna putih keabu-abuan sampai coklat
muda yang merupakan material asam berkristal dan bersifat korosif, metode
pembubuhan aluminium sulfat yang paling umum adalah dalam bentuk larutan. Suatu
larutan dibuat dalam sebuah tangki dengan kapasitas yang cukup untuk pembubuhan
koagulan 10 jam atau lebih. Diperlukan dua tangki, satu tangki beroperasi
sementara, larrutan disiapkan pada lainnya.
Koagulasi
(pengumpulan)
Koagulasi merupakan salah satu tahapan proses
dalam pengolahan air yang menggunakan bahan pengumpal. Koagulasi berasal dari
bahasa latin“Coagulare” yang berarti bergerak bersama. Dalam proses
kimia koagulasi dapat diartikan sebagai mekanisme penetralan.
Koagulasi adalah bahan kimia yang dibutuhkan
pada air akan membantu pada proses pengendapan paertikel-partikel. Alat
pembubuhan koagulasi ini dibedakan pada cara pembubuhan yaitu:
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses
koagulasi:
a.
Dosis koagulasi
b.
Kecepatan pengadukan
c.
pH dan waktu
Air baku yang akan diolah ditambahkan bahan
kimia penggumpal. Bahan kimia penggumpal yang lebih intensif dalam pengolahan
air adalah aluminium sulfat atau yang dikenal dengan tawas.
Tujuan dari penggumpalan untuk memudahkan air
lebih homogeny sehingga terbentuk flok-flok. Agar pengalirannya dan pembentukan
flok- flok yang lebih besar dibutuhkan pengadukan yang lambat dengan adanya
bantuan sekat-sekat pada bak penggumpalan.
Dengan adanya sekat-sekat ini berarti waktu
pengalirannya agak lama, sehingga campuran akan semakin merata dan mempercepat
terbentuknya butiran-butirran yang lebih besar agar memudahkan terjadinya
pengendapan pada proses berikutnya.
Sedimentasi
Proses ini terjadi berdasarkan gaya gravitasi
bumi terhadap flok-flok yang telah terbentuk flok-flok yang mempunyai density
yang lebih besar daripada air akan mengendap dengan sendirinya. Pada bak ini sebagian
besar kotoran air akan dipisahkan tetapi tidak semuanya mengendap seperti
kotoran-kotoran halus yang melayang,akan disaring pada proses selanjutnya.
Filtrasi
(penyaringan)
Proses penyaringan merupakan proses pembersihan
dari sisa-sisa kotoran kecil yang masih melayang-layang didalam air setelah
proses pengendapan. Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir atau pasir
atau pasir dan batu dan batu kerikil. Bila air lolos melalui filter tersebut,
partikel-partikel terapung dan bahan-bahan penggumpal akan bersentuhan dengan
butir-butir pasir dan melekat ke pasir tersebut. Hal ini akan memperkecil
ukuran celah-celah yang dapat dilalui air dan menghasilkan daya penyaring.
Dengan lewatnya maka akan semakin banyak bahan yang terperangkap oleh tumpukan
pasir. Dan air tersebut akan ditambahkan bahan kimia pada proses desinfeksi.
Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan membunuh kuman-kuman yang
terdapat dalam air dapat menimbulkan bibit penyakit. Jenis bahan kimia yang
dipergunakan untuk di proses desinfeksi antara lain larutan kaporit dan gas
chlor.
Pemeriksaan
Dosis Aluminium Sulfat dengan Jar Test
Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses koagulasi. Apabila percobaan dilakukan secara tepat maka
akan diperoleh informasi yang dapat membantu operator instalasi dalam
mengoptimalkan proses penjernihan air. Jar test memberikan data mengenai
kondisi optimum untuk parameter-parameter :
a.
dosis koagulasi
b.
pH sebelum dan sesudah proses
c.
metoda pembubuhan bahan kimia
V.
LANGKAH
KERJA
1).
Mengukur bak inlet dan
menghitung volumenya.
2).
Mengukur tiap-tiap bak
outlet (panjang, lebar, tinggi).
3).
Membuat larutan tawas
dengan konsentrasi 0,02 M.
4).
Menghitung jumlah tawas
yang dibutuhkan.
5).
Mengukur laju alir
umpan.
6).
Mengukur laju alir
tawas (koagulan).
VI.
DATA
PENGAMATAN
VII. PERHITUNGAN
·
Diketahui :
Ø Dosis optimum :
100 rpm
Ø Kosentrasi koagulan :
5 kg/bak : 50000 ppm
Ø Daya pompa :
370 watt
Ø Dabit air baku :
1550 l/mnit ; 1,55 m3/jam
Ø Listrik :
Rp.1.000 /kwh
Ø Koagulan :
Rp.4.000/Kg
Ø Air :
Rp.2.500 / m3
·
Penentuan volume bak
Ø Volume
bak koagulan
V = P x L x t
= (51
x 42 x 48,5) cm3
=
0,1039 m3
Ø Volume
bak koagulasi dan flokulasi
Volume Balok =
P x L x t
= (975 x 276 x 265) cm3
= 71,3115m3
Ø Volume
bak sedimentasi
V = P x L x t
= (780 x 277 x 227) cm3
= 49,0456 m3
Ø Volume
bak filtrasi
V =P x L x t
= (185
x 278 x 111) cm3
= 5,6087 m3
VIII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan utilitas minggu ke
enam, kami melakukan peraktiukn dengan judul water treatmen. Pada minggu kedua
ini kami melakukan analisa terhadap ukuran dan biaya produksi air bersih dari
bak flokulsi, koagulasi, sedimentsi dan filtsi.
Pdada praktikum water treatmen 1 dapat
dianalisa bahwa pengolahan air pada percobaan ini dilakukan
secara kimia yaitu dengan menambahakan bahan kimia pada proses pengolahannya.
Proses kimia yang terjadi pada percobaan ini ialah flokulasi dan koagulasi.
Pada proses koagulasi menggunakan Aluminium Sulfat sebagai koagulan. Dimana
koagulan tersebut berfungsi untuk menentukan pH air dan juga untuk mengikat
senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada sampel yang kemudian akan membentuk
flok dan akan mengendap.
Sedangkan
pada praktikum water treatmen 2 dapat dianalis bahwa bak koagulasi mempunyai
ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan bak sedimentasi, flokulasi dan
filtrasi yaitu dengan ukuran volume bak 0,1039 m3. Hal ini
dikarenakan bak koagulasi berfungsi sebagai tempat keluarnya koagulan dan
pencampuran amtara koagulan dengan air.
Setelah melewati bak
koagulasi, air akan masuk kedalam bak flokulasi. Di dalam bak flokulasi air
akan mengalami pembentukan flok-flok kecil. Proses pembentukan flok dapat
terjadi karena adanya ikatan antaraion positif dari koagulan dengan ion negatif
dari air.
Selanjutnya air akan masuk
kedalam bak sedimentasi. Bak sedimentasi mempunyai ukuran yang paling besar
dengan volume 49,0456 m3. Sesuai namanya bak sedimentasi mempunyai
ukuran yang paling besar karena berperan dalam mengendapkan kotoran-kotoran
yang ada di dalam air.
Selanjutnya air akan masuk
kedalam bak filtasi. Di dalam bak filtrasi air akan di saring dari benda padat
yang tidak terendapkan . selain itu filtrasi juga berperan dalam proses
penghilangan bau dan warna pada air
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
Ø Pada proses water treatmen di lab polsri terdapat bak
koagulasi dengan ukuran 0,1039 m3, bak flokulasi dengan ukuran
71,3115 m3,bak sedimentasi dengan ukuran 49,0456 m3, dan
bak filtrasi dengan ukuran 5,7087 m3.
Ø Waktu untuk mendapatkan air bersih yaitu 3,41 hari
Ø Biaya koagulan yang dikeluarkan selam 1 bulan yaitu
Rp.429.720
Ø Biaya listrik yang digunakan selama 1 bulan yaitu Rp.266.400
Ø Biaya jual air selama 1 bulan yaitu Rp.2.472.900
Ø Keuntungan yang diperoleh Rp.1.776.780
Ø Gai 6 orang operator yaitu Rp.296.130/orang
Gambar alat
No comments:
Post a Comment